Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis,
dimana setiap anggota masyarakat salaing berinteraksi, member dan menerima
(take and give). Hubungan antar individu ini pun diikat oleh ikatan yang berupa
norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama para anggota. Norma dan
nilai-nilai inilah yang menjadi alat pengendali agar para anggota masyarakat
tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Solidaritas,
toleransi dan tenggang rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit salah satu anggota
masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Dari hubungan
seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah
harmonisasi. Pada kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai
berbagai persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan
pertentangan dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan
perpecahan dalam masyarakat.
Pertentangan Sosial
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian
tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan
mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik
berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi
konflik yaitu :
1.
Terdapatnya dua atau lebih unit-unit
atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik.
2.
Unti-unit tersebut mempunyai
perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan,
masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan.
3.
Terdapatnya interaksi di antara
bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku
yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya,
misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang
paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu
masyarakat :
1.
Pada taraf di dalam diri seseorang,
konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi
dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang
2.
Pada taraf kelompok, konflik
ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan
pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma,
motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
3.
Para taraf masyarakat, konflik juga
bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan
nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan
berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat,
disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1.
Elimination; yaitu pengunduran diri
salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan : kami
mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri
2.
Subjugation atau domination, artinya
orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau
pihak lain untuk mentaatinya
3.
Mjority Rule artinya suara terbanyak
yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan
argumentasi
4.
Minority Consent; artinya kelompok
mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan
dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan bersama
5.
Compromise; artinya kedua atau semua
sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan
tengah
6.
Integration; artinya
pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
Integrasi Dalam Masyarakat
Integrasi berasal dari bahasa
inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi
sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi
adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap
komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2
pengertian, yaitu :
1.
Pengendalian terhadap konflik dan
penyimpangan social dalam suatu sistem sosial tertentu
2.
Membuat suatu keseluruhan dan
menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan yang disebut integrasi
sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain
itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa
tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut
pandangan para penganut funsionalisma struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1.
Suatu masyarakat senantiasa
terintegrasi di atas tumbuhnya consensus (kesepakatan) di antara sebagian besar
anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental
(mendasar)
2.
Masyarakat terintegrasi karena
berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan
sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara
kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh
adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat
terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa
masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan
di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian
besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial,
nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Contoh Kasus Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Gerakan radikalisme dan konflik sosial diprediksi masih
akan terus terjadi pada tahun-tahun mendatang. Pada tahun 2012, pemerintah dan
khususnya aparat keamanan, harus mewaspadai terjadinya aksi radikalisme yang
terdiri dari konflik-konflik sosial dan kekerasan atas nama agama.
untuk menimalisir terjadinya berbagai konflik, sebaiknya
aparat hukum menjaga daerah yang rawan bentrokkan secara bergantian. agar
masyarakat yang tidak terlibat, bisa terjaga keamanannya
Kesimpulan
Sumber konflik itu sangat beragam
dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan
secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu,
apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya rasional. Banyak faktor
yang bisa memicu konflik(pertentangan) sosial seperti: perbedaan pendapat atau
kepentingan, persaingan antar individu bahkan kelompok, adanya salah paham, dan
lain-lain
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar